Surat Cinta Untuk Murobbiku



   
Selang berapa saat Dani kemudian mengambil catatan kecilnya, mengusap kedua matanya lalu menulis . .
Surat Cinta Untuk Murobbiku . .
Aku tak tahu harus memulai dari mana yang pasti engkaulah kontraktor yang membangun kehangatan ini. Sejak pertama kali kami melihatmu, dengan senyuman khasmu engkau memenuhi mata-mata kami, raut wajahmu yang tulus, keikhlasan kakimu dalam melangkah, engkau kemudian masuk ke dalam kehidupan kami, memulai mengisi hari-hari kami dengan pribadimu yang sungguh menawan.
            Sungguh, sejak pada pandangan pertama kami denganmu, sejak pertama kali kita melingkar cinta itu sudah ada akh. Sejak pertemuan pertama kita dalam tarbiyah ini, sejak kita duduk bersama untuk pertama kalinya, aku merasakan getaran cinta itu, aku merasa sesuatu yang hebat dan menakjubkan menghampiri kehidupan kami.
            Akhi, sungguh sepanjang perjalanan dakwah ini, sepanjang kebersamaan kita, bagiku hanya satu hal yang engkau ajarkan pada kami, satu hal yang begitu kuat dan mewakili segalanya. Adalah tentang cinta, yaa . . hakikat tentang cinta yang kau tuturkan setiap saat, tentang kedahsyatan cinta yang mengisi hati-hati labil kami, tentang kekuatan cinta yang melebihi ganasnya ombak, kekuatan cinta yang melebihi guncangan gempa, kekuatan cinta yang melumpuhkan panasnya api, dinginnya air. Kau yang mengenalkan lingkaran cinta kepada kami.

            Bahunya gemetaran cukup hebat, sesekali iya menyeka air matanya, namun lebih banyak bulir-bulir yang berjatuhan, ia melanjutkan tulisannya . .
            Akhi engkau mengajarkan seluruhnya tentang sucinya cinta. Tentang bagaimana mencintai Allah dengan sepenuh hati. Tentang mencintai Rasulullah dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya. Tentang bagaimana mencintai orang tua kami dengan semangat birrulwalidain. Akh, aku sungguh tersentuh saat engkau mengajarkan kami untuk mencintai amal-amal yaumiah. Untuk mencintai shalat berjamaah, mencintai Al- Qur'an, mencintai puasa senin-kamis, mencintai dengan sebenar-benarnya cinta terhadap dakwah. Engkau pula yang menyadarkan kami untuk cinta kepada tarbiyah dan mengabdikan diri di dalamnya.
            Akh, memang di setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi yang kurasa engkau begitu cepat pergi walau tak begitu jauh, namun kesibukanlah yang membuat kita sulit bersua. Mungkin surat ini mewakili peasaan cinta dan bangganya kami kepadamu. Terima kasih banyak atas tarbiyah cinta yang kau ajarkan, teruslah menjadi penghubung lingkaran-lingkaran, teruslah menjadi penerang di dalamnya.
Untukmu murobbi nomor satu, dari mutarabbimu yang labil.

0 komentar:

Copyright © 2012 MUDA INOVATIF.