Ibu
Di saat
orang-orang dengan bangga
mempersembahkan cinta tulus kepada ibunya, aku masih tetap tertegun, meragu,
apakah ucapan ini akan sampai kepadanya ?
Ah, tidak mungkin . .
Karena sekarang ia telah berbahagia di surga. Tak sempat
lagi menyaksikanku.
Aku pun tak sempat
menyaksikan wajahnya, aku hanya memikirkan kalimat menyakitkan dari kakakku.
“semua itu karenamu, karenamu, karenamu ibu pergi
meninggalkanku”
Mungkin memang benar, semua adalah salahku,ya . . salahku
dapat terlahir kedunia .
Untukku ibu mengabaikan nasehat dokter untuk mengaborsiku.
Ibu ingin aku dapat menyaksikan dunia ini,
ibu ingin aku
mendapat kesempatan bernafas, melihat dunia dan berbahagia di dalamnya.
Ah, bodoh sekali dia.
Tidak tahukah dia bahwa aku sama sekali tidak bahagia atas
tindakannya ?
Makhluk seperti apa dia yang rela mengorbankan nyawanya demi
aku ?
Aku pun makhluk seperti apa yang dapat diperjuangkan seperti
ini ?
Aku masih saja penasaran akan
sosoknya,
seberapa kuatkah dia ?, seberapa
hebatkah dia ?, aku ingin melihat senyumnya, maniskah dia ?, aku ingin
dipeluknya, hangatkah?, aku ingin ditimangnya, dimanjanya, dikecupnya. Ya Allah
. . Engkau tahu aku mencintainya, aku menyayanginya, sampaikan rasa cinta ini
padanya, sampaikan pula kejengkelanku padanya, sampaikan pula maafku padanya .
Aku hanya ragu dapat bertemu lagi dengannya di surga dengan tiga perasaan ini,
cinta, marah, dan menyesal .
0 komentar: