Membangun Indonesia : Mulai Mengambil Peran
Membangun Indonesia : Mulai Mengambil Peran
Oleh : M. Muinul Haq
Kita selalu menunggu
sembari menyalahkan tentang siapa aktor-aktor dan apa faktor yang membuat negara
ini terpuruk. Dari satu kalimat hingga menjadi beberapa paragraf kita begitu
lancar menyebutkannya. Gara-gara Si dia, mereka, karena factor sistemlah,
perekonomianlah, dan lain sebagainya kita sudah sangat fasih menyebutkannya.
Lantas apa yang berubah dari itu semua?. Negara ini akan maju dengan saling
menyalahkan?. Kita akan sepakat mengatakan tidak!.
Rasulullah
sudah jauh hari mengatakan bahwa kelak ada seseorang yang tangguh yang akan
mendobrak konstantinopel, dia adalah seorang pemimpin terbaik, prajuritnya adalah yang
terbaik pula. Tersirat dari hal ini adalah bahwasanya pemimpin, negara, sistem
dan rakyat adalah hal yang saling terkait, semua elemen harus sama
baiknya. Ini bukan tentang saling
tuding-menuding siapa dalang masalah. Sepihak mengatakan pemerintah tidak becus
bertugas, sistem yang sudah tidak layak, dan pernyataan-pernyataan lain yang
menyulut pertengkaran. Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah maukah kita
keluar dari masalah kenegaraan ini? Maukah kita ikut berperan membangun kembali
Indonesia kita?
Kita
semua harus sepakat akan satu hal. Bahwa kita semua bertanggung jawab memajukan
negara ini, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman kita dalam
bertindak, dan menyadari bahwa perubahan
itu, kemajuan itu, dimulai dari diri masing-masing. Seperti kata Anis Matta
kita harus menjadi otaknya Indonesia, tulang punggung dan juga hatinya. Maka
kita harus bertekad menjadi bagian dari perubahan besar ini, kemajuan pesat
ini, dengan memulai mengambil peran.
1. Berperan
sebagai panutan keluarga
Bahwa
kita menjadi seorang kakak yang baik bagi adik-adik kita merupakan satu peran
penting. Mengajarinya sahalat, mengaji, menghafal Al-Quran, berbakti pada
orangtua, Mengabdi pada agama, masyarakat, dan Negara. Kelak adik-adik kita
tahu berperan sebagai kakak yang baik adalah demikian. Ini akan terus tertular,
maka sepuluh, dua puluh tahun yang akan datang seluruh anak lahir sebagai kakak
yang baik. Menikah, lalu membentuk keluarga dan jadilah keluarga yang baik. Kebaikan
adalah bagian dari keislaman.
2. Berperan
sebagai “solusi” di masyarakat
Kita
terlalu sering menunggu. Sedikit-sedikit menunggu, selalu demikian. Ada masalah
menuggu seorang pahlawan datang lalu membereskannya. Terkadang dalam masa
penantian pahlawan itu, kita terhanyut dan tidak sadar akan masalah yang kian
menumpuk. Masyarakat sudah bosan. Mereka butuh solusi. Maka jadilah pahlawan
itu. Jadilah “solusi” itu. Solusi atas masalah-masalah yang dililit rakyat.
Bahkan menyingkirkan duri di jalan adalah tingkatan iman ‘kan? Pahala bukan?.
Maka berperanlah di masyarakt dengan baik. Jadilah sebuah solusi yang nyata bagi
mereka. Kelak semua orang akan meniru kebaikan itu, berekembang dan menjadilah
masyarakat yang peka, peduli terhadap masalah. Setiap orang akan menjadi
pahlawan bagi sesamanya. Lahirlah masyarakat yang baik. Kebaikan adalah bagian
dari keislaman.
3. Mengabdi
pada bangsa
Sekelumit permasalahan
negeri ini teratasi dengan hal sederhana. Mengabdi sesuai dengan keahlian dan
kesanggupan kita masing-masing. Seorang Mahasiswa mengisi tarbiyah, liqo, ta’lim
atau menagajar ngaji, itu sebuah peran penting. Kelak akan hadir sosok-sosok
muslim yang semangat membangun negeri ini, agama ini. Seorang yang
mendedikasikan waktu kuliahnya untuk membina satu desa, mengajar di sana,
membantu warga di sana, itu sebuah peran penting bagi bangsa. Membantu
mengatasi masalah klasik masyarakat “mengisi perut”. Atau membantu membangun
jalan, membangun fasilitas umum, membersihkan lingkungan, membuat inovasi,
mengajar, dan semua hal yang akan mengisis perlahan permasalahan bangsa ini.
Hingga akhirnya kita semua merasakan kesejahteraan dan ketentraman hidup di
negara ini dengan keluar dari masalah-masalah tersebut. Intinya adalah
mengambil peran. Lahirlah bangsa yang baik. Dan kebaikan adalah bagian dari
keislaman.
Maka jangan memimpikan
Indonesia akan bangkit dari krisis, berubah kea rah yang lebih baik, maju dari
segala sisi, jika tidak bertekad untuk ikut berperan. Jadilah bagian dari
perubahan itu.
0 komentar: